Mengunjungi Pantai Syariah Pulau Santan Banyuwangi - Monyoku

Update

Jumat, 27 Oktober 2017

Mengunjungi Pantai Syariah Pulau Santan Banyuwangi

nelayan di Pantai Syariah, dokumentasi @raniajah
Matahari waktu itu sudah mulai berwarna merah telur, kira-kira sudah lewat jam 4 sore. Tempatnya hari jum’at tanggal 20 bulan ke sepuluh dan masih tahun 2017. Aku menginjakkan kaki dipasir hitam yang disebut Pulau Santan atau juga sering disebut Pantai Syariah. Aku mencari sebuah perbedaan dan cerita dibalik nama tersebut.

Aku mengawalinya dengan membeli tiket memasuki Pantai Syariah atau Pulau Santan yang pada saat itu ada produk minuman yang menjadi sponsor. Jadi saat membeli tiket akan mendapatkan satu gelas minuman teh. Wah, bagus juga diterapkan jika yang menjadi sponsor adalah produk dari masyarakat sekitar jadi bisa sekalian meningkatkan pendapatan. Tidak harus minuman tetapi produk olahan khas juga bisa. Hitung-hitung memberikan promosi untuk wisatawan yang berkunjung.


jembatan ungu pulau santan, dokumentasi @raniajah
Untuk menyebrang ke Pulau Santan atau menjelajahi Pantai Syariah, kita tidak perlu naik kapal, pesawat, maupun ojek tetapi cukup jalan kaki dari tempat pembelian tiket masuk karena akan ada jembatan yang berwarna ungu serta berjejer payung yang akan mengantarku sampai ke Pulau Santan maupun Pantai Syariah. Dari jembatan yang aku lalui dapat terlihat kanan dan kiri yaitu tumbuhan Bakau. Hijaunya daun Bakau membuat mataku terjenihkan.

Dan sepintas muncul pertanyaan pada diri sendiri “Kenapa disebut Pulau Santan ya ?” Padahal aku bisa menyebrang dengan jembatan dan jaraknya tidak jauh seperti Jembatan Suramadu. Dan ternyata Pulau ini memang terpisah dengan adanya sungai yang membuatnya menjadi Pulau. Lalu Santan itu apa ? Apa buah kelapa yang diparut kemudia air perasannya disebut santa dan banyak sekali yang menjualnya di Pulau ini ? Bukan ya, Disebut Pulau Santan karena terdapat banyak pohon Santan yang tumbuh di Pulau ini.

Sudah terlihat papan yang bertuliskan Pantai Syariah. Dari nama pantai yang disebut Syariah membuatku pun muncul banyak pertanyaan tentang itu. Apakah laki-laki dan perempuan akan dipisahkan ? Lalu bagaimana keluarga yang memiliki 1 orang ibu dan 1 ayah dengan 5 orang anak laki-laki dan mereka akan terpisah ? Atau apakah ada hijab pemisah antara pantai area laki-laki dengan area perempuan ? Dari pada bertanya sendiri dan membuat opini aneh-aneh ayoo kita meluncur ke Pantai Syariah.

Perhatikan papan yang ada didepan ya, area perempuan dikiri dan area laki-laki dikanan. Sepanjang mata memandang ke pantai area perempuan lebih sepi dan tidak terlihat bangunan rumah. Hal ini menjawab pertanyaanku tentang tidak adanya hijab pembatas ya. Nah, tadi yang aku katakan area perempuan tidak ada bangunan berbanding terbalik area laki-laki banyak warung dan fasilitas kamar mandi. Atau jangan-jangan mataku saja yang luput ya.

dibelakang nelayan tampak sampah berserakan, dokumentasi @raniajah

Aktivitas yang banyak dari warga sekitar Pantai Syariah membuat aku ingin menikmatinya. Mengamati kegiatan pada sore hari yang penuh perjuangan. Para nelayan yang menebarkan jaring dan para ibu-ibu serta anak-anak sambil bermain mereka membantu mengambil hasil tangkapan menggunakan jaring. Tidak perlu jauh ke tengah lautan di bibir Pantai Syariah sudah bisa mendapatkan ikan. Tetapi sangat disayangkan tidak hanya ikan yang terjaring tetapi banyak sekali sampah yang didapatkan. Entah dari mana sampah ini, tetapi yang jelas ini sampah abis pakai seperti bungkus plastik dari sabun cuci. Apakah ada petugas atau kegiatan rutin yang dilakukan untuk membersihkan sampah-sampah itu ? Akupun tidak tahu, tetapi untuk wisatawan dari menempuh perjalanan kurang lebih 14 jam menggunkan kereta dan dilajutkan naik angkot. Aku sungguh menyayangkanya.

Sambil duduk dibawah pohon yang berada di depan rumah warga, aku mengamati kegiatan yang cukup membuatku bingung. Kenapa di area laki-laki banyak ibu-ibu yang diperbolehkan masuk. Apakah area pantai laki-laki boleh untuk perempuan ? Maka dari itu salah satu teman mencoba masuk pantai area perempuan dan tidak diperbolehkan masuk karena itu khusus perempuan. Jadi.. seperti itu,

Dan pikirku juga harus berpakaian selayaknya yang sudah diajarkan dalam agam Islam yaitu harus menutupi aurat. Misalnya wisatawan laki-laki yang menggunakan celana pendek bisa menggunkan kain yang bermotif yang disediakan pengelola untuk disewakan sekalian mengenalkan kebudayaan dari motif-motif kain misalkan corak baik. Sedangkan untuk perempuan bisa menggunakan pakaian yang tertutup. Ada desain baju renang khusus yang bisa dipakai ya ?

Sedikit bercerita dengan warga katanya pantai ini dulunya banyak pengunjung yang melakukan kegiatan negatif. Hmm.. apa saja hayo ? Nah, untuk menghilangkan atau mencegah perbuatan yang merugikan dijadikanlah Pantai Syariah ini. Bagaimana menurut mu ?

Jika Pantai Syariah ini ada di Jogja pantai mana yang cocok menurutmu ya ? Eh tunggu dulu dari sini aku dapat mengkategorikan Pantai Syariah sebagai Destinasi Pariwisata Halal. Definisi Pariwisata Halal sendiri menurut presentasi Kementrian Pariwisata tanggal 29 September 2017 ialah “Berbagai macam kegiatan wisata dan didukung fasilitas serta layanan yang dibolehkan dalam ajaran Islam yang memenuhi kebutuhan wisatawan Muslim, disediakan oleh dunia usaha, masyarakat setempat, pemerintah (pusat dan derah).

Maka seandainya ada Pariwisata Halal di Jogja seharusnya bagiaman ya ? Silahkan berikan pendapatmu dibawah ya ? Tunggu artikel berikutnya yang masih membahas tentang Pariwisata Halal. Jika artikel berjudul “Mengunjungi Pantai Syariah atau Pulau Santan di Banyuwangi” bermanfaat bagi teman, saudara, atau orang yang belum kamu kenal. Silahkan membagikannya diakun sosial media kamu. Terimakasih!

2 komentar: