Review Film Keluarga Cemara, Memberi Makna Keluarga Indonesia Tentang Harta yang Berharga - Monyoku

Update

Minggu, 06 Januari 2019

Review Film Keluarga Cemara, Memberi Makna Keluarga Indonesia Tentang Harta yang Berharga



Mengawali tahun 2019 berbagai harapan dan resolusi baru sudah kamu pikirkan gaes? Begitu juga dengan jadwal nonton film terbaru bulan ini? Jika kamu ragu untuk memilih film mana yang akan kamu tonton. Monyoku akan mencoba mengulas film "Keluarga Cemara" yang sudah tayang di bioskop di Jogja mulai 3 Januari 2019.

FILM KELUARGA CEMARA
Film Keluarga Cemara, credit images @filmkeluargacemara


Judul
Keluarga Cemara, judul yang sama diambil dari serial televisi tahun 90-an. Ternyata Keluarga Cemara diadopsi dari cerita bersambung yang di muat Majalah Hai karya Arswendo Atmowiloto di cetak pada 1970-an.

Sutradara
Yandy Laurens, pria kelahiran Makasar yang pernah mendapatkan Piala Citra untuk Film Pendek Terpilih. Menjadi sutradara film Keluarga Cemara.

Penulis
Retna Ginatri S. Noer penulis naskah film Keluarga Cemara menjadi sangat apik. Melalui riset supaya sesuai dengan kehidupan keluarga saat ini.

Naskah
"Kalau Abah gak pernah janji apa-apa sama orang, sekarang kita masih di Jakarta. Euis benci sama Abah!" Salah satu kalimat yang dilontarkan Euis kepada Abah dimuat di instastory @jessieaja. Sama seperti @jessieaja, Monyoku sempat menuliskan kalimat tersebut di caption berikut.






"Harta Berharga" Dua kata yang menjadi sangat berarti. Bukan hiperbola tetapi aku percaya tidak bermakna berlebihan untukku. Aku tulis cerita ini bersama tetes air mata haru. Euis gadis yang kuat walaupun harus menerima perubahan status sosial secara drastis. Pindah sekolah dari fasilitas yang serba baik menjadi ada. Scene itu mengingatkanku delapan tahun silam. "Dek jangan bandingin sama di Jakarta, yang terpenting semua pelajaran sama. Gurunya dan teman-teman baik semua." Kira-kira itu ucapan kakakku waktu itu. Euis pernah mengatakan bahwa jangan pernah berjanji jika tidak bisa menepati. Waktu itu Ibu selalu pergi ke luar kota, bahkan aku tidak ingat pasti berapa umurku saat Ibu meninggalkan rumah untuk bekerja. Demi anaknya bisa sekolah bahkan hingga kuliah. Tapi aku tidak paham karena seusiaku dulu hanya bisa bertanya dalam hati kecil. "Kenapa aku nggak bisa seperti temanku lainnya, setiap pulang sekolah disiapkan masakan enak." . @filmkeluargacemara mengingatkanku setiap perjalan hidupku. Jangan berkecil hati jika keluarga kita tidak seutuh film "Keluarga Cemara" tetapi yang terpenting keluarga saling percaya dan mendukung. . . Mendebarkan dan membuatku selalu meneteskan air mata, air mata bukan menandan kelemahan. Air mata menandakan aku masih punya perasaan. Jangan lupa untuk nonton film Keluarga Cemara di bioskop. Sudah tayang di Jogja sejak 3 Januari 2019. ... . #30HariBercerita #30HBC1903 @30HariBercerita
Sebuah kiriman dibagikan oleh monyoku (@monyoku) pada

Dari keseluruhan naskah Monyoku teringat kalimat yang sangat menyentuh. Saat Abah mengatakan bahwa Emak, Euis, dan Ara adalah tanggung jawab Abah. Kemudian, Emak menimpali Abah "Lalu, Abah tanggung jawab siapa?".

Pemeran
Abah diperankan oleh Ringgo Agus Rahma. Aktor yang sudah tidak dipertanyakan lagi aktingnya. Dari genre komedi yang melekat dari benak Monyoku. Kali ini Abah sangat berjuang keras untuk keluarganya. Aksinya sangat lancar dan mulus berperan sebagai Abah.

Emak diperankan oleh Nirina Zubir. Ketangguhan Emak yang diperankan oleh Nirina Zubir begitu menyentuh. Setiap raut wajah yang dipetunjukan Emak seolah-olah seperti melihat Emak sendiri. Yap, mencerminkan dikehidupan nyata Emak yang tangguh.

Euis diperankan oleh Adhisty Zara. Selain pandai bernyayi Zara yang tergabung dalam Idol Grup JKT48 memerankan Euis dengan sangat apik. Monyoku tunggu dalam film lainnya. Keren aja pokoknya!

Ara diperankan oleh Widuri Puri Sasono yaitu anak dari Dwi Sasono dan Widi Mulia. Kepolosan Ara dan keceriaan sebagai anak-anak selalu ditampilan. Namun ada adegan yang begitu memukau, terkadang melihat akting anak-anak yang bersedih terlihat kaku saat anak-anak biasa memerankannya tetapi Ara sangat natural. Ara terbaik!

Setting Waktu
Film Keluarga Cemara memiliki setting waktu sekitar satu tahun. Dari Abah yang bangkrut dari proyeknya. Lalu, Abah, Emak, Euis, dan Ara pindah ke sebuah desa di Jawa Barat dan berakhira Emak melahirkan.

Setting Tempat
Tempat yang di pilihan ada kota Jakarta, Bogor, dan sebuah desa di Jawa Barat. Desa dengan kekhasan warga lokal yang saling perhatian. Desa ini memiliki pemandangan alam yang begitu hijau dan asri. Lokasi idaman untuk berlibur dari hirukpikuk kota, tetapi keluarga ini harus berlama-lama tinggal. Bagaimana perasannya? 

Durasi Film
115 menit sudah cukup untuk mengatakan "kapan film ini berakhir, aku sudah ingin menghapus air mata ini." Selalu berdebar-debar saat konfilk yang dirasa usai ternyata masih ada bom yang akan meledak.

Alur Cerita
Eksposition pada film Keluarga Cemara terlihat biasa dengan tokoh melakukan aktivitas sehari-hari. Rising action terjadi diawal, jika beberapa teman nonton mengatakan diawal penonton diajak menunggu. Bagi Monyoku menunggu itu terasa nikmat saat imajinasi membayangkan refleksi kehidupan keluarga masing-masing penonton. Jika dalam bermain layangan itu waktu melepaskan senar layangan hingga jauh dan penonton terjebak di dalam kebahagiaan melihat layang-layang terbang tinggi.

Konflik di film Keluarga Cemara tidak bisa terduga-duga, ada kejutan besar di akhir film. Penyelesaian film berakhir membahagiaan dengan penawar saat penonton harus membersihkan pipi dengan tisu.


Film Keluarga Cemara adalah film keluarga yang Monyoku rekomendasikan untuk ditonton bersama keluarga. Makna keluarga adalah harta berharga melebih harta di dunia lainnya. 


Refrensi:
https://www.goodnewsfromindonesia.id/2018/12/26/inspirasi-unik-kisah-keluarga-cemara-yang-tak-hanya-sebagai-ajang-nostalgia
https://historia.id/film/articles/keluarga-cemara-menebar-inspirasi-D8J9y

Tidak ada komentar:

Posting Komentar